HUKRIM

Viral! Aksi Brutal Pemuda Mabuk di Sorong: Coba Perkosa Pelajar, Polisi Tangkap dalam Hitungan Jam

×

Viral! Aksi Brutal Pemuda Mabuk di Sorong: Coba Perkosa Pelajar, Polisi Tangkap dalam Hitungan Jam

Share this article

KOTA SORONG PBD, BUSERJATIM.COM GROUP — Jagat maya dihebohkan dengan beredarnya video CCTV yang merekam aksi tidak manusiawi seorang pemuda di Sorong, Papua Barat Daya. Dalam video itu, pelaku tampak melakukan kekerasan terhadap seorang gadis muda. Setelah viral, Polisi bergerak cepat dan berhasil meringkus pelaku hanya beberapa jam setelah kejadian.

 

Kapolresta Sorong Kota, Kombespol Happy Perdana Yudianto, dalam konferensi pers resmi, menyampaikan bahwa kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (28/6/2025) sekitar pukul 17.00 WIT di Jalan Bangau 1, Kota Sorong.

 

Pelaku, berinisial AS (19), yang diketahui dalam pengaruh minuman keras, mencoba memperkosa seorang pelajar berinisial DM (18). Saat korban melawan, pelaku kemudian melakukan penganiayaan. “Video CCTV yang beredar membantu kami mengidentifikasi pelaku. Ini adalah bentuk sinergi masyarakat dengan aparat,” ujar Kombespol Happy.

 

Polisi mengamankan pelaku di kediamannya sekitar pukul 00.30 WIT, Minggu (29/6/2025). Barang bukti yang turut diamankan antara lain topi, kacamata milik pelaku, dan celana dalam milik korban.

 

Pelaku kini terancam hukuman maksimal 9 tahun penjara atas pasal pencabulan, percobaan pemerkosaan dan penganiayaan. “Kami akan terus mendalami kasus ini dan pastikan keadilan ditegakkan,” tegas Kapolresta.

 

(Tim/Red)

Polemik Dugaan Intimidasi Polwan Terhadap Jurnalis di Renon, Ini Penjelasan Aipda Pt Denpasar – Polemik dugaan intimidasi yang dilakukan seorang oknum polisi wanita (Polwan) terhadap jurnalis Radar Bali di kawasan Lapangan Renon, Denpasar, menuai perhatian publik. Namun, oknum yang disebut, yakni Aipda Pt, membantah keras tudingan tersebut dan memberikan klarifikasi atas insiden yang terjadi pada Minggu (6/7/2025) sore. Kepada Radar Bali, Aipda Pt menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah melakukan intimidasi. Ia menyebut bahwa kejadian bermula saat dirinya kebetulan melintas dan melihat dua orang jurnalis tengah terlibat adu argumen sembari saling merekam satu sama lain menggunakan ponsel. > “Saya berharap media besar seperti Radar Bali tidak memuat berita yang menyimpang dari fakta hanya karena sentimen pribadi. Perlu saya tegaskan, saya tidak pernah melakukan intimidasi,” ujar Aipda Pt melalui pesan WhatsApp, Minggu malam. Menurutnya, upayanya murni untuk meleraikan adu mulut dan menjaga ketertiban di ruang publik, mengingat lokasi kejadian berada di kawasan strategis yang saat itu sedang dijaga karena keberadaan Kapolda dan pejabat utama (PJU) Polda Bali. > “Saya khawatir pertikaian tersebut bisa memicu kekerasan fisik. Maka saya bertanya, ada masalah apa? Saya imbau agar diselesaikan secara dewasa, atau jika perlu, laporkan secara resmi,” tambahnya. Setelah itu, kedua jurnalis dikabarkan menghentikan aksi saling merekam dan membubarkan diri. Aipda Pt juga menyampaikan bahwa ia sempat menegur salah satu jurnalis Radar Bali karena melanggar aturan lalu lintas, yakni berboncengan tanpa helm saat melintasi gapura utama lapangan. > “Saya lakukan itu bukan karena hubungan pribadi atau institusi, tapi karena tanggung jawab sebagai aparat untuk menjaga ketertiban umum,” katanya. Namun demikian, Aipda Pt menyayangkan itikad baiknya justru disalahartikan. Ia menyebut berita yang terbit sebagai fitnah dan penyimpangan fakta. Respons dari Wartawan Lain: Soal Etika dan Profesionalisme Sementara itu, dalam keterangan terpisah, jurnalis independen bernama Dede yang juga terlibat dalam insiden tersebut, menyatakan bahwa komunikasi awal dari pihak Radar Bali tidak mencerminkan etika profesional antar sesama wartawan. > “Dia berbicara kasar dan meremehkan media kecil, dengan mengatakan media saya tidak terdaftar di Dewan Pers. Padahal seharusnya, media besar justru merangkul, bukan melecehkan,” ucap Dede. Dede mengaku kecewa karena momen ketegangan tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk memperkeruh suasana dengan narasi sepihak. Pentingnya Etika dan Klarifikasi dalam Dunia Jurnalistik Polemik ini menyoroti pentingnya sikap profesional, etika komunikasi, dan verifikasi fakta dalam pemberitaan, terutama jika melibatkan sesama wartawan dan aparat penegak hukum. Insiden kecil di ruang publik berpotensi membesar apabila tidak diiringi itikad baik dan klarifikasi yang adil. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari institusi kepolisian (Polda Bali) terkait dugaan intimidasi tersebut. Namun, publik berharap agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan perbedaan secara bijak demi menjaga hubungan harmonis antara media dan aparat di lapangan Red
HUKRIM

DENPASAR, BUSERJATIM.COM GROUP – Polemik dugaan intimidasi yang…